Langsung ke konten utama

Tips Komposisi Gambar Suasana Untuk Portofolio Seni: Studi Kasus Sketsa

Halo teman-teman!

Kali ini aku mau berbagi sedikit ilmu membuat gambar suasana yang menarik lewat studi kasus kecil yang baru aku dapat kemarin. Gambar suasana adalah salah satu komponen wajib portofolio seni untuk mendaftar ke SNMPTN dan SBMPTN untuk jadi salah satu kriteria seleksi PTN. Mulai dari tahunku, SBMPTN bidang seni & olahraga cukup mewajibkan portofolio untuk dilampirkan bersama nilai tes tulis, berbeda dengan kebijakan SBMPTN tahun lalu yang mengharuskan peserta tes menggambar langsung di tempat ujian.

Kemarin lusa, 24 Juni 2019, adalah hari terakhir pendaftaran SBMPTN untuk tahun ini. Salah satu temanku yang ingin masuk DKV waktu itu minta bantuanku untuk gambar suasana karena dia kena artblock. 



Iya, DKV itu juga pernah jadi impianku. Dulu aku rajin cari tips trik seputar porto, latihan gambar, bahkan UTBK pun aku murtad ke soshum karena berniat mau masuk FSRD itebeh. Tapi alhamdulillah takdir berkata lain dan aku malah dapat SNMPTN duluan ke Jogja. Dan, ya, menggambar itu hobiku. Jadi kurasa aku cukup pantas memanggil diriku melek seni. /heleh

Anyway, si temen minta bantuan gambar suasana itu pas tanggal 24, kondisi dia belum bikin gambar suasana. Iya, gengs. H-0 penutupan pendaftaran SBM dan dia belum kelar bikin porto. Buat kalian ini big no-no banget ya :( Ibarat ikut UTBK cuma berbekal belajar kebut semalam sebelum ujian, pasti bakal ancur. Si temen ini ngirim sketsa gambarnya lewat chat untuk minta kritik dan apa aja yang kurang, terus aku disuruh kasih saran.

Nah, aku mau pakai sketsa temanku kemarin itu untuk studi kasus kecil-kecilan kita kali ini. Aku akan membedah hasil sketsa temanku untuk melihat kesalahan dan kekurangan yang umum ditemukan pada sketsa-sketsa gambar porto seni. Dibawah ini adalah hasil sketsa temenku yang masih belum dishading dan ditebalkan:

credit goes to ma fren


1. Kepadatan Gambar

Apa kesan pertama yang kalian pikirkan waktu melihat gambarnya? Yap. Mungkin yang pertama terlintas dalam pikiran adalah: Gambarnya jarang! Itu kesalahan besar yang pertama dalam contoh sketsa ini. Terlalu banyak spasi kosong yang tidak terisi, padahal ini point minus sekali dalam gambar suasana. Komposisi gambar suasana yang ideal itu sebaiknya penuh dan padat. Nggak usah takut gambar terlalu ramai! Dengan teknik yang tepat, makin ramai gambarmu akan terlihat semakin bagus.

Contoh komposisi gambar yang penuh: Suasana Pasar di Hari Libur, oleh Faizankelen

Terus, banyakin lihat referensi juga untuk contoh. Semakin sering kamu memperhatikan komposisi dari lukisan atau sketsa berkualitas, secara nggak langsung sense-mu akan semakin terasah meskipun kamu nggak mempraktikkan proses gambarnya sendiri (apalagi kalau sering dipraktikkan ya nga) Perbanyak cari referensi di pinterest, IG, atau lihat portofolio punya kakelmu.

2. Perspektif 

Menurut KBBI, perspektif adalah sudut pandang; ialah cara melukiskan suatu benda pada permukaan dua dimensi sebagaimana yang terlihat oleh mata dalam tiga dimensi. Perspektif juga berarti mempertimbangkan proporsi dari tiap-tiap objek gambar. Artinya, misalnya gambar ini adalah foto, maka bentuk dan ukuran objek-objeknya akan sesuai bentuk dan ukurannya yang asli berdasarkan sudut pandang tertentu. Di sketsa ini perspektifnya sudah cukup tepat, objek yang lebih jauh digambar dengan ukuran yang lebih kecil. Namun masih ada ukuran objek-objeknya yang kurang tepat, contohnya netnya kurasa terlalu pendek untuk net badminton (?). Letak objek juga ada yang letaknya terlalu tinggi, atau sebaliknya.

Gambar pemain lawan kurang jauh dan kecil, kesannya seolah dia sedang berdiri di atas net.

3. Anatomi

Elemen lain yang kurang adalah keakuratan anatomi. Yang selama ini jadi musuh kita dalam menggambar, hahahaha. Anatomi dari sketsa temanku di atas masih kurang realistis. Di atas contohnya, figur yang ada di ujung kiri punya leher dan kepala yang besarnya kurang proporsional dengan tubuhnya. Ngomong-ngomong bukan menjelekkan style anime ya. Aku juga biasanya menggambar pakai style anime/manga jepang kok. Tapi maksudku, bahkan dengan style kartun atau anime pun, pasti kita harus memperhatikan anatomi dan proporsi tubuh yang baik juga kan? Style kartun atau animasi pun dibuat dengan mempertimbangkan dasar-dasar anatomi manusia. Apalagi... hmm, ini opiniku saja tapi aku punya firasat kalau style gambar yang diambil dari pop culture a.k.a. animu bakal dinilai lebih rendah daripada gambar dengan style realis, atau setidaknya style kartun yang bukan anime.

TERUS POSE. Belajarlah untuk membuat pose tubuh yang nggak kaku, dinamis, dan cukup realistis biar gambarnya lebih berkesan hidup dan mantul! Contohnya, nggak ada kan orang di pasar yang posenya berdiri tegak, tangan lurus macam anggota paskib nyasar. Biasanya kan kita kalau nggambar orang posenya suka gitu hehe- Orang-orang di pasar biasanya kalau nggak berjalan, ya duduk seperti pedagang sayur. Kalaupun berdiri, dia pasti punya gerakan lain seperti gestur tangan menawar, memilih ikan, atau berkontemplasi mau beli baju yang mana sambil usap-usap dagu. Nggak ada orang di pasar yang cuma berdiri tegap sambil senyum doang kan yha.



4. Background

Kalau kalian malas menggambar sketsa bangunan atau furnitur yang njlimet, coba ambil gambar dengan sudut kamera yang berbeda, misalnya dari sudut pandang di tanah (foot perspective) agar tak perlu banyak bangunan yang tergambar. Atau, ambil setting berbeda agar backgroundnya lebih sederhana. Misalnya pertandingan sepakbola dalam stadion yang ramai diganti dengan pertandingan sepakbola di lapangan pinggir pantai. Setting yang unik dan anti-mainstream juga jadi salah satu poin plus untuk para penilai portofoliomu, fyi. Jadi, go creative saja!

Nah, selanjutnya kita akan membandingkan sketsa awal dengan sketsa yang sudah diperbaiki. Aku sudah membuat sketsa kasar baru dari gambar temanku dengan memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Gambar diatas adalah sketsa temenku, dan bawahnya adalah gambar milikku dengan beberapa perbaikan:
Before:

After:


Bagaimana? Komposisinya kelihatan lebih menarik kan?

Pose dan ekspresi penontonnya kuperbaiki jadi lebih dinamis dan ekspresif, serta pemain lawan yang berada pada jarak yang jauh kubuat lebih kecil sesuai perspektif umum. Perhatikan bagaimana kepala penonton dan bola koknya kubuat lebih besar agar berkesan lebih dekat ke kamera, jadi memberi sebuah sense of depth juga. Lalu tentu saja aku mengurangi banyak area kosong di gambarnya agar lebih padat. Terus karena aku malas menggambar background, jadi aku nggak merubah banyak yang satu itu. Tapi BG gambar ini masih bisa ditingkatkan lewat detail-detail kecil misalnya tumpukan sepatu badminton, kok bekas, dudukan wasit, atau semacamnya.

Karena ini baru sketsa kasar, kita belum bahas arsiran, shading, tekstur, dll. Nanti elemen-elemen tadi bisa digunakan untuk mempertegas dimensi ruang dari gambarnya. Jangan lupa untuk mengarsir setebal dan sejelas mungkin. Soalnya biasanya waktu di-scan itu hasilnya jadi lebih terang dan membuat garis arsirnya jadi kurang jelas.

Dengan letak pemain dan kok sebagai pusat gambar mengikuti komposisi rule of thirds.

Pelajari juga teori-teori komposisi visual sederhana. Udah pada tau kan rule of thirds? Buat kalian yang memang cukup menyenangi seni untuk mendaftar jurusan-jurusan seni rupa, kurasa minimal udah pernah dengar sedikit, apalagi yang hobi fotografi pasti lebih sering. Intinya ini aturan yang membagi bidang gambar dengan 3 garis horizontal & vertikal, lalu menempatkan objek-objek penting pada perpotongan garis tersebut untuk dapat komposisi yang lebih bagus.

Gini maksudnya

Itu cuma salah satu teori paling dasar untuk membuat komposisi gambar sketsa. Masih banyak teori lain yang bisa kalian google sendiri, seperti teori warna dan teori pencahayaan. Komposisi macam rule of thirds ini, meskipun kesannya tidak berefek banyak tapi bisa jadi pertimbangan penyeleksi untuk nentuin pro tidaknya skill senimu. 

Oke, itu saja sesi pelajaran dari mahasiswa DKV yang nggak kesampaian ini. Semoga bisa bantu kalian para pejuang seni dan desain yaa! Kudoakan semoga kalian mendapat jurusan yang diharapkan. Ingat, jangan ngededlen porto.

Mosaik Bintang undur diri!


Source pict:
https://wongedansby.wordpress.com/2016/05/13/pinter-2/
https://nfoxphotography.wordpress.com/2014/11/20/the-rule-of-thirds/

Komentar

  1. Makasih infonya! It's helpful buat aku yg mau coba masuk dkv dan masih zonk soal teknik gambar..

    BalasHapus
    Balasan
    1. You're welcome! Banyak-banyakin latihan gambar karena walaupun DKV ga melulu soal gambar, tapi bakal ada sederet tugas nirmana yang bikinnya manual, jadi anggep aja persiapan dini. Hahahaha.

      Hapus
  2. Mau tanya kak itu tahun kemarin cuma kumpulin portofolio aja gaada tes keterampilan yang gambar langsung di tempat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo! Buat tahunku itu portofolio dipakai untuk SNMPTN dan juga SBMPTN. Untuk tes mandiri kayak SM ITB atau ISI, kemungkinan beda peraturan, jadi masih ada kemungkinan untuk disuruh gambar langsung di tempat ujian. Untuk tahun 2020 SBMPTN juga masih pakai sistem upload portofolio online kok :)

      Hapus
  3. Kak aku tahun depan bakal lulus Smk, aku jurusan akuntansi(dipaksa ortu sih), nah nanti aku pengen kuliah jurusan DKV, style gambar ku anime sama semi realis, nah, untuk masuk DKV harus bisa gambar realis gak?

    BalasHapus
  4. Bang upload foto online buat SBMPTN itu dikasih batas waktu ga?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Bahasa Isyarat!

Nggak gaes, aku nggak belajar bahasa isyarat karena habis nonton Koe no Katachi.  Ehem. Jadi, Februari kemarin aku mengikuti sebuah workshop bahasa isyarat di Jogja. Workshop kecil-kecilan ini diadakan oleh sebuah komunitas di Jogja yang juga memiliki concern seputar isu disabilitas. Kebetulan aku punya minat buat belajar bahasa isyarat, soalnya menarik aja gitu. Rasanya keren kalau aku bisa membantu penyandang disabilitas tunarungu dengan mencoba belajar bahasa mereka. Teman tuli ⁠— begitu cara kita menyebut orang penyandang tunarungu ⁠— memakai bahasa isyarat sebagai pengganti komunikasi verbal biasa. Umumnya para penyandang tunarungu bisa saling berkomunikasi isyarat cepat dengan tunarungu lainnya, tapi mayoritas orang dengan pendengaran normal (disebut teman dengar) tidak fasih atau bahkan tak tahu bahasa isyarat sama sekali. Oleh karena itu, amat berharga bagi teman dengar untuk bisa bahasa isyarat karena bisa mempermudah teman tuli berkomunikasi. Workshop ini diba

Resensi Buku If Only They Could Talk (Andai Mereka Bisa Bicara)

If Only They Could Talk adalah novel yang kuketahui lewat Laskar Pelangi, novel karya penulis favoritku Andrea Hirata. Aku mengenal buku karya James Herriot ini sebagai buku yang dihadiahkan A Ling ke Ikal dalam novelnya sebelum pergi ke Jakarta. Dikisahkan dalam Laskar Pelangi, dari novel Herriot inilah Ikal mengenal Edensor, sebuah desa di pedalaman Yorkshire, Inggris, yang nantinya akan menjadi memori pelipur laranya akan A Ling. Karena endorse yang begitu kuat dari Laskar Pelangi ini, aku pun akhirnya membeli buku ini di sh*pee tahun lalu. Berikut ialah resensi bukunya: Identitas Buku Source: Bukalapak Judul: If Only They Could Talk (Andai Mereka Bisa Bicara) Pengarang: James Herriot Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Penerjemah: Ny. Suwarni A.S. Tahun Terbit: 2016 (cetakan ketiga) Tebal halaman: 312 hlm Harga buku: 55.000 rupiah Sinopsis Buku Buku ini menceritakan tentang pengalaman hidup James Herriot sebagai dokter hewan di sebuah desa fiksi di Yorkshire, I