Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Art Isn't Always About Beauty

Seni itu tidak melulu tentang keindahan. Iya, kamu tidak salah baca. Gambar jelek bisa punya nilai tinggi dalam seni. Maksudku, lihatlah karya-karya yang dibuat oleh seniman ternama ini. Apakah mereka terlihat indah dan berestetika tinggi bagimu? "Portrait of woman in d`hermine pass (Olga)" Pablo Picasso, 1923 "Peinture (Le Chien)", Joan Miro, 1930. Terjual seharga $2,210,500 "Cat Catching A Bird", Pablo Picasso, 1939 ...Yup. Beberapa karya seni mungkin meninggalkan banyak orang bertanya-tanya mengapa mereka dikategorikan sebagai seni. Jika cukup gabut menelusuri pelukis-pelukis ternama di internet, kau mungkin akan menemukan sebuah lukisan berupa blok cat kuning dan oranye tanpa tambahan apapun dan bertanya-tanya mengapa karya ini bisa membuat nama Mark Rothko menjadi seorang pelukis besar. Apa yang membuat suatu hal dapat disebut seni?  Kenapa sebuah lukisan kucing jelek  dihargai sebagai karya terkenal   Pablo Picasso? Ke

Belajar Bahasa Isyarat!

Nggak gaes, aku nggak belajar bahasa isyarat karena habis nonton Koe no Katachi.  Ehem. Jadi, Februari kemarin aku mengikuti sebuah workshop bahasa isyarat di Jogja. Workshop kecil-kecilan ini diadakan oleh sebuah komunitas di Jogja yang juga memiliki concern seputar isu disabilitas. Kebetulan aku punya minat buat belajar bahasa isyarat, soalnya menarik aja gitu. Rasanya keren kalau aku bisa membantu penyandang disabilitas tunarungu dengan mencoba belajar bahasa mereka. Teman tuli ⁠— begitu cara kita menyebut orang penyandang tunarungu ⁠— memakai bahasa isyarat sebagai pengganti komunikasi verbal biasa. Umumnya para penyandang tunarungu bisa saling berkomunikasi isyarat cepat dengan tunarungu lainnya, tapi mayoritas orang dengan pendengaran normal (disebut teman dengar) tidak fasih atau bahkan tak tahu bahasa isyarat sama sekali. Oleh karena itu, amat berharga bagi teman dengar untuk bisa bahasa isyarat karena bisa mempermudah teman tuli berkomunikasi. Workshop ini diba

Laskar Baru Itu Bernama Narawa

Aku sebenarnya mau nulis ini di blog waktu libur semester kemarin tapi jiwa-jiwa magerku tak bisa kompromi.  Desember 2019 kemarin, Mapala Geografi Gadjah Mada atau GEGAMA melaksanakan  Diklatsarnya yang ke-37 untuk menyeleksi anggota baru. Aku mendaftar UKM fakultas satu ini dari bulan Desember, dan saat itu posisiku sudah mendaftar MAPAGAMA. Yup, aku mendaftar di GEGAMA sebagai UKM kasur seandainya aku tak lolos atau tak kuat di mapala universitas. Aku bersama 18 mahasiswa dari jurusan lain menjadi peserta final diklatsar 37 GEGAMA. Narawa adalah nama angkatan kami, angkatan 2019 yang dibuat bersama saat dinamika kelompok yang jadi salah satu kegiatan wajib diklatsar. Aku sendiri tak ikut dinamika kelompok, tapi ini nama yang keren dan aku tak punya komplain apapun. Narawa adalah singkatan dari nama angkatan kami yang asli, "Navi Rasyid Arnawama Shanshiqi". Keren, eh? "Nama angkatan dari anggota Wiramuda Diklatsar XXXVII GEGAMA adalah “Navi Rasyid Arnawama S