Langsung ke konten utama

Cerita Bonggol Jagung

Image result for Maize

Kemarin aku pulang sejenak ke rumah nenekku di Kulonprogo sebelum memulai perkuliahanku besok senin. Kuhabiskan sepanjang minggu rebahan di kasur di rumah nenekku. Lalu, tadi sore aku diajak pakde ke ladangnya untuk memetik jagung manis. Mau buat jagung rebus, katanya.

Rumah nenekku terletak di dekat kaki perbukitan Menoreh, di desa asri yang masih penuh sawah dan bukit yang dibiarkan ditumbuhi pohon lebat. Diajak mengunjungi ladang dikelilingi alam yang asri seperti itu benar-benar membuat damai hanya dengan menatapi pemandangan sepanjang perjalanan. Begitu sampai di ladang pakdeku dan berjalan ke tengahnya, aku terpana. Kebahagiaan dan perasaan tenang merasuki diriku begitu saja.

Aku takjub akan kekuatan tumbuhan dan alam mempengaruhi jiwa manusia. Berjalan diantara rumput liar dan batang jagung, hanya memperhatikan detail warna dedaunan atau merasakan sensasi lembut tanah yang terinjak membuatku merasa seolah semua beban pikiranku hilang. Pijarpsikologi, dari sebuah hipotesis evolusi biologi yang disebut biofilia mengatakan bahwa manusia memiliki keterikatan terhadap alam sebagai insting alamiahnya. Dari berbagai riset dan studi telah disebutkan bahwa interaksi dengan alam dapat meningkatkan mood positif dan kesehatan mental manusia. Lingkungan yang membuat manusia merasa tidak terkoneksi dengan alam, sebaliknya, dapat meningkatkan taraf stres pada manusia.

Seminggu tinggal di blok asrama susun di tengah kota cukup membuat batas maksimum kebahagiaanmu berkurang, bahkan ketika kau baru saja libur semester. Kembali terhubung dengan Ibu Alam adalah terapi jiwa gratis yang sudah sulit kau dapatkan di kehidupan urban sebagai mahasiswa. Rasanya saat sudah bekerja nanti, aku benar-benar ingin tinggal di desa dan membuka ladang sebagai pekerjaan sampinganku selain jadi budak korporat. Serius, kurasa aku akan menambahkan itu ke dalam bucket list-ku.

Memetik jagung matang adalah pengalaman yang anehnya menyenangkan. Membuatku merasa lucu, seolah aku adalah petani yang keluar dari buku cerita anak tahun 80-an; pak tani hidup di desa, pergi ke ladang memanen jagung. Ha!
Lalu saat sedang memetiki panenan ladang pakde, sekali lagi aku kagum, kali ini oleh batang-batang jagung yang masih menyimpan bonggol-bonggol hijau muda di ketiak daunnya. Tanaman ini, native dari Benua Amerika, tak pernah ada dalam kebudayaan bangsa Eropa maupun asia hingga abad ke-15 saat Columbus menemukan Benua Amerika serta peradaban Aztec. Jagung kemudian baru menyebar ke Eropa melalui The Columbian Exchange, sebuah proses pertukaran tanaman, hewan, hingga kebudayaan dari benua baru ke benua lama, hingga akhirnya sampai ke Indonesia lewat kolonisasi Spanyol. Bonggol jagung yang sedang kupegang itu adalah sejarah yang menyembunyikan kisah berabad-abad panjangnya. Bagaimana jagung berevolusi dari rumput liar berjuta-juta tahun lalu hingga menjadi salah satu spesies tanaman paling penting bagi manusia. Menggenggamnya, aku merasa seperti dibawa ke peradaban kuno nun jauh di pedalaman Yucatán ketika bangsa manusia baru saja keluar dari era berburu dan meramu. Seperti membaca sebuah napak tilas dari peradaban manusia.

Memetik langsung jagung yang masih menempel di batangnya, dan mengumpulkan bonggol jagung yang masih diselubungi kulitnya akan membuatmu melihat jagung dengan pandangan yang berbeda dibanding dengan jagung yang sudah terpotong-potong dalam sayur bayam. Sebuah bahan makanan sederhana yang bisa ditemukan di pasar mana saja, bisa menyimpan cerita yang menarik kalau kau tahu cerita tersembunyi dibaliknya. Kurasa inilah salah satu alasan yang membuat kita tertarik untuk mengejar ilmu. Untuk mengungkap kompleksitas yang tersembunyi dibalik hal-hal sederhana; rasa kagum yang muncul ketika kau mengetahui satu lagi cerita baru tentang alam semesta, tentang makhluk hidup, maupun tentang manusia.

Sebonggol jagung saja bisa dipenuhi cerita seperti ini, bagaimana dengan hal-hal lain?


.
.
Sumber:
https://pijarpsikologi.org/mengapa-alam-begitu-menenangkan/
https://www.photo-elsoar.com/corn-with-grains-corn_cobs.html


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Komposisi Gambar Suasana Untuk Portofolio Seni: Studi Kasus Sketsa

Halo teman-teman! Kali ini aku mau berbagi sedikit ilmu membuat gambar suasana yang menarik lewat studi kasus kecil yang baru aku dapat kemarin. Gambar suasana adalah salah satu komponen wajib portofolio seni untuk mendaftar ke SNMPTN dan SBMPTN untuk jadi salah satu kriteria seleksi PTN. Mulai dari tahunku, SBMPTN bidang seni & olahraga cukup mewajibkan portofolio untuk dilampirkan bersama nilai tes tulis, berbeda dengan kebijakan SBMPTN tahun lalu yang mengharuskan peserta tes menggambar langsung di tempat ujian. Kemarin lusa, 24 Juni 2019, adalah hari terakhir pendaftaran SBMPTN untuk tahun ini. Salah satu temanku yang ingin masuk DKV waktu itu minta bantuanku untuk gambar suasana karena dia kena  artblock.  Iya, DKV itu juga pernah jadi impianku. Dulu aku rajin cari tips trik seputar porto, latihan gambar, bahkan UTBK pun aku murtad ke soshum karena berniat mau masuk FSRD itebeh. Tapi alhamdulillah takdir berkata lain dan aku malah dapat SNMPTN duluan ke Jogja. Da

Belajar Bahasa Isyarat!

Nggak gaes, aku nggak belajar bahasa isyarat karena habis nonton Koe no Katachi.  Ehem. Jadi, Februari kemarin aku mengikuti sebuah workshop bahasa isyarat di Jogja. Workshop kecil-kecilan ini diadakan oleh sebuah komunitas di Jogja yang juga memiliki concern seputar isu disabilitas. Kebetulan aku punya minat buat belajar bahasa isyarat, soalnya menarik aja gitu. Rasanya keren kalau aku bisa membantu penyandang disabilitas tunarungu dengan mencoba belajar bahasa mereka. Teman tuli ⁠— begitu cara kita menyebut orang penyandang tunarungu ⁠— memakai bahasa isyarat sebagai pengganti komunikasi verbal biasa. Umumnya para penyandang tunarungu bisa saling berkomunikasi isyarat cepat dengan tunarungu lainnya, tapi mayoritas orang dengan pendengaran normal (disebut teman dengar) tidak fasih atau bahkan tak tahu bahasa isyarat sama sekali. Oleh karena itu, amat berharga bagi teman dengar untuk bisa bahasa isyarat karena bisa mempermudah teman tuli berkomunikasi. Workshop ini diba

Resensi Buku If Only They Could Talk (Andai Mereka Bisa Bicara)

If Only They Could Talk adalah novel yang kuketahui lewat Laskar Pelangi, novel karya penulis favoritku Andrea Hirata. Aku mengenal buku karya James Herriot ini sebagai buku yang dihadiahkan A Ling ke Ikal dalam novelnya sebelum pergi ke Jakarta. Dikisahkan dalam Laskar Pelangi, dari novel Herriot inilah Ikal mengenal Edensor, sebuah desa di pedalaman Yorkshire, Inggris, yang nantinya akan menjadi memori pelipur laranya akan A Ling. Karena endorse yang begitu kuat dari Laskar Pelangi ini, aku pun akhirnya membeli buku ini di sh*pee tahun lalu. Berikut ialah resensi bukunya: Identitas Buku Source: Bukalapak Judul: If Only They Could Talk (Andai Mereka Bisa Bicara) Pengarang: James Herriot Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Penerjemah: Ny. Suwarni A.S. Tahun Terbit: 2016 (cetakan ketiga) Tebal halaman: 312 hlm Harga buku: 55.000 rupiah Sinopsis Buku Buku ini menceritakan tentang pengalaman hidup James Herriot sebagai dokter hewan di sebuah desa fiksi di Yorkshire, I