Rumah nenekku terletak di dekat kaki perbukitan Menoreh, di desa asri yang masih penuh sawah dan bukit yang dibiarkan ditumbuhi pohon lebat. Diajak mengunjungi ladang dikelilingi alam yang asri seperti itu benar-benar membuat damai hanya dengan menatapi pemandangan sepanjang perjalanan. Begitu sampai di ladang pakdeku dan berjalan ke tengahnya, aku terpana. Kebahagiaan dan perasaan tenang merasuki diriku begitu saja.
Aku takjub akan kekuatan tumbuhan dan alam mempengaruhi jiwa manusia. Berjalan diantara rumput liar dan batang jagung, hanya memperhatikan detail warna dedaunan atau merasakan sensasi lembut tanah yang terinjak membuatku merasa seolah semua beban pikiranku hilang. Pijarpsikologi, dari sebuah hipotesis evolusi biologi yang disebut biofilia mengatakan bahwa manusia memiliki keterikatan terhadap alam sebagai insting alamiahnya. Dari berbagai riset dan studi telah disebutkan bahwa interaksi dengan alam dapat meningkatkan mood positif dan kesehatan mental manusia. Lingkungan yang membuat manusia merasa tidak terkoneksi dengan alam, sebaliknya, dapat meningkatkan taraf stres pada manusia.
Seminggu tinggal di blok asrama susun di tengah kota cukup membuat batas maksimum kebahagiaanmu berkurang, bahkan ketika kau baru saja libur semester. Kembali terhubung dengan Ibu Alam adalah terapi jiwa gratis yang sudah sulit kau dapatkan di kehidupan urban sebagai mahasiswa. Rasanya saat sudah bekerja nanti, aku benar-benar ingin tinggal di desa dan membuka ladang sebagai pekerjaan sampinganku selain jadi budak korporat. Serius, kurasa aku akan menambahkan itu ke dalam bucket list-ku.
Memetik jagung matang adalah pengalaman yang anehnya menyenangkan. Membuatku merasa lucu, seolah aku adalah petani yang keluar dari buku cerita anak tahun 80-an; pak tani hidup di desa, pergi ke ladang memanen jagung. Ha!
Lalu saat sedang memetiki panenan ladang pakde, sekali lagi aku kagum, kali ini oleh batang-batang jagung yang masih menyimpan bonggol-bonggol hijau muda di ketiak daunnya. Tanaman ini, native dari Benua Amerika, tak pernah ada dalam kebudayaan bangsa Eropa maupun asia hingga abad ke-15 saat Columbus menemukan Benua Amerika serta peradaban Aztec. Jagung kemudian baru menyebar ke Eropa melalui The Columbian Exchange, sebuah proses pertukaran tanaman, hewan, hingga kebudayaan dari benua baru ke benua lama, hingga akhirnya sampai ke Indonesia lewat kolonisasi Spanyol. Bonggol jagung yang sedang kupegang itu adalah sejarah yang menyembunyikan kisah berabad-abad panjangnya. Bagaimana jagung berevolusi dari rumput liar berjuta-juta tahun lalu hingga menjadi salah satu spesies tanaman paling penting bagi manusia. Menggenggamnya, aku merasa seperti dibawa ke peradaban kuno nun jauh di pedalaman Yucatán ketika bangsa manusia baru saja keluar dari era berburu dan meramu. Seperti membaca sebuah napak tilas dari peradaban manusia.
Memetik langsung jagung yang masih menempel di batangnya, dan mengumpulkan bonggol jagung yang masih diselubungi kulitnya akan membuatmu melihat jagung dengan pandangan yang berbeda dibanding dengan jagung yang sudah terpotong-potong dalam sayur bayam. Sebuah bahan makanan sederhana yang bisa ditemukan di pasar mana saja, bisa menyimpan cerita yang menarik kalau kau tahu cerita tersembunyi dibaliknya. Kurasa inilah salah satu alasan yang membuat kita tertarik untuk mengejar ilmu. Untuk mengungkap kompleksitas yang tersembunyi dibalik hal-hal sederhana; rasa kagum yang muncul ketika kau mengetahui satu lagi cerita baru tentang alam semesta, tentang makhluk hidup, maupun tentang manusia.
Sebonggol jagung saja bisa dipenuhi cerita seperti ini, bagaimana dengan hal-hal lain?
.
Sumber:
https://pijarpsikologi.org/mengapa-alam-begitu-menenangkan/
https://www.photo-elsoar.com/corn-with-grains-corn_cobs.html
Komentar
Posting Komentar