Langsung ke konten utama

MENUNGGU PRE-ORDER KARYA BARU ANDREA HIRATA, ORANG-ORANG BIASA

Februari ini, aku dapat kabar gembira pada suatu sore waktu aku sedang berselancar Instagram ria. Andrea Hirata, Sang Mahaguru, penulis favorit nomor satuku, akan menerbitkan novel baru di tahun 2019 ini.



Salah satu novel barunya yang juga jadi karya ke-11-nya itu berjudul Orang-orang Biasa, sementara karya yang satunya belum diberitahu. Iya, nggak cuma satu, tapi sekaligus dua novel!!! Aku kena euforia.

Gimana nggak? Karya dari penulis yang udah diakui se-internasional, yang novel-novelnya berhasil membuatku mencintai majas dan sajak-sajaknya, yang menjadi salah satu ikon kesastraan Indonesia. Bagiku, posisinya tak terkalahkan di hatiku, bahkan nggak oleh J.K. Rowling.

Terus, aku pun nularin hype karya baru Andrea itu ke bundaku. Iya, kami berdua sama-sama fans berat Pak Cik Andrea. Cuma Andrea Hirata yang jadi pengecualian di keluarga kami-- Kalau ada karya Andrea Hirata yang baru, hukumnya fardhu ain buat dibeli cepet-cepet. Bodo amat tanggal tua, bodo amat budget beli novel udah kepake bulan lalu, pokoknya harus beli.

Dari akun resmi @karyaandreahirata di IG, aku dapet berita kalo penerbit Bentang Pustaka buka PO buku Orang-orang Biasa. Ada bonus tanda tangannya pula. Aku langsung chat si bunda, dan aku dapet kehormatan buat mesenin bukunya gegara bundaku males pergi ke ATM. PO-nya sendiri baru dibuka tanggal 28 Februari - 10 Maret nanti. Buat yang juga ngincer buku ini, boleh dicatet tanggalnya. Atau, kalian bisa langsung cek di akun resminya: @karyaandreahirata dan @bentangpustaka di Instagram.


Sumber: @karyaandreahirata (IG)

Jadi begitulah, aku lagi nunggu h-4 preorder buku OOB sekarang. Rasanya baru PO aja udah nggak sabar. Nantikan saja resensi buku OOB di blog ini kalo bukuku udah sampe, heheheh. 

Sekian dariku, Rin pamit kata!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Komposisi Gambar Suasana Untuk Portofolio Seni: Studi Kasus Sketsa

Halo teman-teman! Kali ini aku mau berbagi sedikit ilmu membuat gambar suasana yang menarik lewat studi kasus kecil yang baru aku dapat kemarin. Gambar suasana adalah salah satu komponen wajib portofolio seni untuk mendaftar ke SNMPTN dan SBMPTN untuk jadi salah satu kriteria seleksi PTN. Mulai dari tahunku, SBMPTN bidang seni & olahraga cukup mewajibkan portofolio untuk dilampirkan bersama nilai tes tulis, berbeda dengan kebijakan SBMPTN tahun lalu yang mengharuskan peserta tes menggambar langsung di tempat ujian. Kemarin lusa, 24 Juni 2019, adalah hari terakhir pendaftaran SBMPTN untuk tahun ini. Salah satu temanku yang ingin masuk DKV waktu itu minta bantuanku untuk gambar suasana karena dia kena  artblock.  Iya, DKV itu juga pernah jadi impianku. Dulu aku rajin cari tips trik seputar porto, latihan gambar, bahkan UTBK pun aku murtad ke soshum karena berniat mau masuk FSRD itebeh. Tapi alhamdulillah takdir berkata lain dan aku malah dapat SNMPTN duluan ke Jogja. Da

Belajar Bahasa Isyarat!

Nggak gaes, aku nggak belajar bahasa isyarat karena habis nonton Koe no Katachi.  Ehem. Jadi, Februari kemarin aku mengikuti sebuah workshop bahasa isyarat di Jogja. Workshop kecil-kecilan ini diadakan oleh sebuah komunitas di Jogja yang juga memiliki concern seputar isu disabilitas. Kebetulan aku punya minat buat belajar bahasa isyarat, soalnya menarik aja gitu. Rasanya keren kalau aku bisa membantu penyandang disabilitas tunarungu dengan mencoba belajar bahasa mereka. Teman tuli ⁠— begitu cara kita menyebut orang penyandang tunarungu ⁠— memakai bahasa isyarat sebagai pengganti komunikasi verbal biasa. Umumnya para penyandang tunarungu bisa saling berkomunikasi isyarat cepat dengan tunarungu lainnya, tapi mayoritas orang dengan pendengaran normal (disebut teman dengar) tidak fasih atau bahkan tak tahu bahasa isyarat sama sekali. Oleh karena itu, amat berharga bagi teman dengar untuk bisa bahasa isyarat karena bisa mempermudah teman tuli berkomunikasi. Workshop ini diba

Resensi Buku If Only They Could Talk (Andai Mereka Bisa Bicara)

If Only They Could Talk adalah novel yang kuketahui lewat Laskar Pelangi, novel karya penulis favoritku Andrea Hirata. Aku mengenal buku karya James Herriot ini sebagai buku yang dihadiahkan A Ling ke Ikal dalam novelnya sebelum pergi ke Jakarta. Dikisahkan dalam Laskar Pelangi, dari novel Herriot inilah Ikal mengenal Edensor, sebuah desa di pedalaman Yorkshire, Inggris, yang nantinya akan menjadi memori pelipur laranya akan A Ling. Karena endorse yang begitu kuat dari Laskar Pelangi ini, aku pun akhirnya membeli buku ini di sh*pee tahun lalu. Berikut ialah resensi bukunya: Identitas Buku Source: Bukalapak Judul: If Only They Could Talk (Andai Mereka Bisa Bicara) Pengarang: James Herriot Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Penerjemah: Ny. Suwarni A.S. Tahun Terbit: 2016 (cetakan ketiga) Tebal halaman: 312 hlm Harga buku: 55.000 rupiah Sinopsis Buku Buku ini menceritakan tentang pengalaman hidup James Herriot sebagai dokter hewan di sebuah desa fiksi di Yorkshire, I