Langsung ke konten utama

Minat Impulsif Baruku yang Kesekian: Blogging

Hai,

Kenalkan, namaku Lintang, alias Lin, alias Ntang. Panggil aja Ntang. Selamat datang di blog baruku! Blog ini bernama Jejak-jejak Bintang. Akhir-akhir ini, aku memutuskan untuk membuat sebuah blog. Ide ini muncul dari sebuah keinginan setelah melihat temanku yang juga membuat blog beberapa bulan lalu.

Jadi, aku punya sebuah sifat, gak tau ini sifat buruk atau bukan. Aku punya kecenderungan suka nyoba suatu hal on a whim. Aku gampang banget tertarik sama hal-hal baru. Dan kalo udah suka, biasanya aku semangat dan serius banget ngelakuin hobi/kegiatan/minat baruku itu.

Dan kali ini, minat baruku adalah blogging. Blog ini cuma blog pribadi aja, tapi cita-citaku itu bisa jadi travel blogger yang bisa menceritakan kisah perjalanannya kemana-mana di blog. Terus jadi photography blogger. Terus jadi book blogger yang bisa menuangkan kecintaan membacaku lewat tulisan-tulisan blog. Unch.

Cuma masalahnya, aku juga gampang bosen. Banget. Semangatku tuh tipe yang cuma berapi-api di awal doang. Setelah itu dengan cepat jadi hambar, lalu bosan, terus terbengkalai. Udah nggak terhitung hobi yang awalnya kulakuin dengan semangat menggebu-gebu tapi akhirnya pudar & berhenti di tengah jalan. Ngomik. Belajar bahasa Jepang. Rollerskating. Snail-mailing. Nulis cerita di wattpad. Pokoknya udah nggak terhitung. Satu-satunya hal yang gak pernah buat aku bosen itu cuma ngegebet Jeon Jungkook. //apa

Ya, sekian saja perkenalanku. Kabarin lagi ntar kalo blog ini udah terkenal.


-Ntang




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Komposisi Gambar Suasana Untuk Portofolio Seni: Studi Kasus Sketsa

Halo teman-teman! Kali ini aku mau berbagi sedikit ilmu membuat gambar suasana yang menarik lewat studi kasus kecil yang baru aku dapat kemarin. Gambar suasana adalah salah satu komponen wajib portofolio seni untuk mendaftar ke SNMPTN dan SBMPTN untuk jadi salah satu kriteria seleksi PTN. Mulai dari tahunku, SBMPTN bidang seni & olahraga cukup mewajibkan portofolio untuk dilampirkan bersama nilai tes tulis, berbeda dengan kebijakan SBMPTN tahun lalu yang mengharuskan peserta tes menggambar langsung di tempat ujian. Kemarin lusa, 24 Juni 2019, adalah hari terakhir pendaftaran SBMPTN untuk tahun ini. Salah satu temanku yang ingin masuk DKV waktu itu minta bantuanku untuk gambar suasana karena dia kena  artblock.  Iya, DKV itu juga pernah jadi impianku. Dulu aku rajin cari tips trik seputar porto, latihan gambar, bahkan UTBK pun aku murtad ke soshum karena berniat mau masuk FSRD itebeh. Tapi alhamdulillah takdir berkata lain dan aku malah dapat SNMPTN duluan ke Jogja. Da

Belajar Bahasa Isyarat!

Nggak gaes, aku nggak belajar bahasa isyarat karena habis nonton Koe no Katachi.  Ehem. Jadi, Februari kemarin aku mengikuti sebuah workshop bahasa isyarat di Jogja. Workshop kecil-kecilan ini diadakan oleh sebuah komunitas di Jogja yang juga memiliki concern seputar isu disabilitas. Kebetulan aku punya minat buat belajar bahasa isyarat, soalnya menarik aja gitu. Rasanya keren kalau aku bisa membantu penyandang disabilitas tunarungu dengan mencoba belajar bahasa mereka. Teman tuli ⁠— begitu cara kita menyebut orang penyandang tunarungu ⁠— memakai bahasa isyarat sebagai pengganti komunikasi verbal biasa. Umumnya para penyandang tunarungu bisa saling berkomunikasi isyarat cepat dengan tunarungu lainnya, tapi mayoritas orang dengan pendengaran normal (disebut teman dengar) tidak fasih atau bahkan tak tahu bahasa isyarat sama sekali. Oleh karena itu, amat berharga bagi teman dengar untuk bisa bahasa isyarat karena bisa mempermudah teman tuli berkomunikasi. Workshop ini diba

Resensi Buku If Only They Could Talk (Andai Mereka Bisa Bicara)

If Only They Could Talk adalah novel yang kuketahui lewat Laskar Pelangi, novel karya penulis favoritku Andrea Hirata. Aku mengenal buku karya James Herriot ini sebagai buku yang dihadiahkan A Ling ke Ikal dalam novelnya sebelum pergi ke Jakarta. Dikisahkan dalam Laskar Pelangi, dari novel Herriot inilah Ikal mengenal Edensor, sebuah desa di pedalaman Yorkshire, Inggris, yang nantinya akan menjadi memori pelipur laranya akan A Ling. Karena endorse yang begitu kuat dari Laskar Pelangi ini, aku pun akhirnya membeli buku ini di sh*pee tahun lalu. Berikut ialah resensi bukunya: Identitas Buku Source: Bukalapak Judul: If Only They Could Talk (Andai Mereka Bisa Bicara) Pengarang: James Herriot Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Penerjemah: Ny. Suwarni A.S. Tahun Terbit: 2016 (cetakan ketiga) Tebal halaman: 312 hlm Harga buku: 55.000 rupiah Sinopsis Buku Buku ini menceritakan tentang pengalaman hidup James Herriot sebagai dokter hewan di sebuah desa fiksi di Yorkshire, I